Peraturan Salap 1

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُِ

Peraturan salap 1

“Zat-zat yang larut dalam campuran lemak yang tersedia, dilarutkan didalamnya dan jika perlu dilakukan dengan penghangatan”. Perlu juga ditambahkan, bahwa dengan “dilarutkan dalam bagian-bagian lemak” juga dimaksudkan, melarutkan suatu obat dalam air yang kadang-kadang terkandung dalam salap-salap, seperti Unguentum leniens, Adeps Lanae cum Aqua dan Unguentum cetylicum cum Aqua, juga melarutkan obat dalam gliserol yang mungkin ada, yang teristimewa mempunyai peranan pada Unguentum Glycerini dan Glycerinum saponatum yang akan dibicarakan kemudian. Pada obat-obatan yang mudah menguap, sudah tentu pemanasan dilakukan dalam suatu bejana yang tertutup.
Pada umumnya, kelarutan obat-obatan yang ditambahkan kepada salap-salap, lebih besar dalam minyak lemak dari pada dalam vaselin. Kamfer, mentol, fenol, guajakol, dapat dilarutkan dengan mudah dengan jalan menggerusnya dalam mortir dengan suatu minyak pada vaselin kita harus memanaskannya dalam suatu bejana yang tertutup atau yang lenih mudah, zat dilarutkan dengan eter sedikit dalam mortir dan larutan eter dicampurkan dengan sebagian vaselin, kemudian diaduk sampai eternya menguap. Jika yang harus dicampurkan dengan vaselin jumlahnya lebih besar, maka zatnya dilarutkan dalam eter sedikit dengan sebagian dari vaselin (misalanya unguentum camphoratum). Larutan obat dalam eter, hendaknya jangan dicampurkan dengan salap lebur, oleh karena malam, paraffin atau setilalkolaol yang terdapat dalam salap lebur akan melarut semuanya atau sebagian dan kemudian, menghablur kembali dalam bentuk yang terlalu kasar. Selanjutnya perhatikannlah keistimewaan-keistimewaan yang berikut ini :
Colophonium. Farmakope memberi petunjuk, supaya zat ini dicairkan diatas penangas pasir. Akan tetapi cara ini dapat menyebabkan kegagalan-kegagalan. Yang lebih baik ialah dengan jalan menggerus colophonium sampai halus dan serbuk dilarutkan dalam eter, dimana kita harus menjaga supaya jangan ada bagian-bagiannya yang melekat pada dinding mortir. Kemudian bagian-bagian yang lain ditambahkan sedikit demi sedikit dan diaduk sampai eternya menguap.
Jod. Kelarutannya dalam minyak lemak juga sangat kecil, karena itu mengerjakan jod dengan minyak ataupun dengan vaselin, hendaknya selalu ditambahkan sebagai larutan dalam eter. Walaupun jod tetap tak terlarut, tetapi pada pembuatan salapnya, kita tak memperoleh kesukaran sedikitpun, oleh karena didalam larutan minyak terjadi suatu pelambatan penghabluran.
Naftol mudah larut dalam minyak, akan tetapi melarutkannya harus dilakukan dengan jalan penghangatan. Membagikan naftol dalam vaselin termasuk dalam peraturan salap ketiga.
Resorsin. Zat ini tak larut dalam vaselin dan pencampuran bahan ini harus dilakukan menurut peraturan salap kedua. Kelarutannya dalam minyak-minyak lemak dan lemak babi adalah 5%, kita dapat menghangatkan resorsin dengan zat-zat ini, atau mencampurkan kedalamnya dengan pertolongan eter.
Pelidol larut dalam vaselin kira-kira 3%, dalam minyak kira-kira 7%, dalam kedua jenis lemak ini melarutkannya harus dilakukan dengan jalan penghangatan diatas penangas air. Di sinioun jika pelidol dalam jumlah yang besar, harus dikerjakan menurut peraturan salap ketiga.
Chrysarobin dan cignolin dilarutkan dalam lemak dengan jalan penghangatan atau dicampurkan kedalamnya setelah dilarutkan terlebih dahulu dalam chloroform.
Naphtalium harus dilarutkan dalam minyak dengan jalan penghangatan dalam sebuah botol yang tertutup(sedikit berlebih); untuk membagikannya dalam vaselin, dipakai larutannya dalam eter atau dikerjakan menurut peraturan salap ketiga.
Extractum Cannabis indicae dapat segera digerus dengan minyak, karena mudah melarut dalam minyak; untuk membagikannya dalam vaselin kita gerus dahulu dengan sedikit etanil, kemudian kepadanya sedikit demi sedikit vaselin.
Salicylas methylicus, zat ini larut dalam bagian-bagian lemak sebuah contoh ialah unguentum salicylatis methylici compositum CMN, yang mengandung adeps lanae, salicylas methylicus dan mentholum. Bagian-bagiannya dimasukkan ke dalam sebuah botol yang bermulut lebar dan disumbat rapat-rapat, oleh karena metilsalisilat dan mentol mudah menguap. Campuran dihangatkan dalam penangas air sambil dikocok perlahan-lahan, sampai seluruhnya homogeny.
Chloroform. Salap salap dengan chloroform tak boleh dibuat dalam mortir, oleh karena chloroform terlampau cepat menguap. Kita masukkan semuanya kedalam sebuah botol yang telah ditimbang dan dihangatkan pada suhu yang serendah-rendahnya, dimana botol harus disumbat rapat-rapat. Setelah selesai, kita periksa bobotnya dan jika chloroform yang menguap, maka kekurangan bobotnya diisi lagi dengan chloroform.
Dalam salap-salap yang demikian, sering terdapat veratrina; zat ini terlebih dahulu dilarutkan dengan chloroform dalam botol. Menimbang vetrina harus kita lakukan dengan sangat hati-hati, oleh karena sedikit zat saja telah menyebabkan bersin.

Peraturan salap kedua
“Zat-zat yang larut mudah dalam air, jika tak diberikan petunjuk lain, lebih dahulu dilarutkan dalam air, asal air yang dibutuhkan untuk melarutkannya dapat diserap oleh jumlah campuran lemak yang ditentukan; banyaknya air yang dipakai dikurangkan dari jumlah campuran lemak yang ditentukan.
Seperti telah dikatakan pada hal 12 maka yang dimaksud dengan zat-zat yang larut mudah, ialah zat-zat yang melarut dalam air yang bobotnya kurang dari pada bobot zat itu sendiri. Contoh-contoh daripada zat-zat semacam itu ialah kaliumiodida, tannin dan penislinnatrium.
Selanjutnya, jumlah kecil dari zat-zat berkhasiat kecil, misalnya garam-garam alkaloida, juga timbalsetat(aq.dest) dilarutkan dalam air sedikit dan dicampurkan kedalam salap, meskipun caranya, zat-zat yang larut mudah, selalu dilarutkan jika salapnya telah mengandung air, misalnya: adpes lanae cum aqua dan jumlah air telah cukup untuk melarutkan zatnya. Bahkan jika suatu zat tak larut sempurna dalam air yang tersedia, maka sering juga menguntungkan untuk menggerusnya dengan air, dalam hal ini zat tersebut akan terbagi rata dalam salap. Tannin, kadang-kadang dapat menimbulkan kesukaran-kesukaran. Zat ini harus selalu dilarutkan dalam air yang bobotnya sama, jika air dipakai kurang, maka akan terjadi penggumpalan. Pada tannin yang jumlahnya besar, kadang-kadang zat cairnya tak dapat diserap semuanya, dalam hal ini tannin digerus dalam keadaan kering dalam salap.
Pada peraturan kedua hari farmakope hanya ada satu kekecualian, yakni peraknitrat, yang walaupun larut dalam air, tetapi dalam salap-salap tidak dilarutkan dalam air. Hal ini tak dapat lain, karena kebanyakan bagian-bagian salap dan obat-obatan sedikit banyak mudah teroksid oleh peraknitrat makin mudah jika peraknitrat terbagi dalam kedaaan yang lebih halus. Jadi, peraknitrat yang terlarut dalam air, mempunyai sifat mengoksid yang terkuat dan dengan adanya air, maka kecepatan reaksi akan diperbesar pula. Jika obat-obatan yang dapat bereaksi satu sama lain, harus diolah dalam suatu salap, maka zat-zat yang dapat larut mudah, tidak dilarutkan dalam air.
Hal-hal yang semacam itu kita jumpai misalnya pada campuran, yang kadang-kadang dibuat dari peraknitrat dan extractum ratanhiae. Dalam hal ini, kita mengikuti contoh dari Unguentum nitratis argentinct et extracti ratanhiae CMN dan sari itu tidak dilarutkan dalam air akan tetapi digerus sampai halus betul-betul dan diayak dengan B40 setelah itu sebagai serbuk diolah dalam salap.
Selanjutnya farmakope menentukan, bahwa air yang dipakai harus dikurangkan dari massa salep; jika ini tidak dilakukan, maka bukan masa salapnya saja yang menjadi terlalu berat, tetapi juga obat tidak lagi terdapat dalam kadar yang diminta.

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُْ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Bakteri, Virus, Jamur, dan Protozoa

Better Than You Think !