Bukan Batu Biasa
Setiap insan bebas merencanakan mimpinya
sendiri. Kemana kamu akan terbang melesat, dan apa rencanamu kedepannya. Ya,
namun kita juga perlu tahu bahwa Allah lah sebaik-baiknya perencana. Memang apa
yang kita cita-citakan belum tentu seluruhnya tercapai. Namun terlepas dari itu
semua, kita dituntut memiliki persiapan yang amat matang sebelum terbang
melesat jauh kesana.
Seorang astronot yang akan pergi keluar
angkasa, tentu tidak akan pergi begitu saja tanpa adanya persiapan yang mantab.
Baik persiapan fisik, mental, maupun perbekalan. Sama halnya seperti anda yang
memiliki rencana dan cita-cita sedemikian rupa. Perlu persiapan mantab sebelum
melesat menembus gelombang ujian agar sampai di pulau impian. Berbagai persiapa
diperlukan, antara lain : Persiapan fisik, mental, dan perbekalan.
Dengan fisik yang kuat dan sempurna,
tentunya dapat mempermudah langkah anda. Tidak bisa terbayang kan jika anda
sakit-sakitan ? Apalagi, jika impian anda ingin menjadi olahragawan atau atlit,
tentu fisik sangat diutamakan.
Kesehatan
mental juga diperlukan. Sebelum berambisi dengan cita-cita, pahamilah kemampuan
diri sendiri. Perlu diakui, setiap manusia memiliki kemampuan masing-masing.
Dan tidak sedikit yang gagal dalam perjalanan. Persiapan mental sangat
diperlukan, karena tak semua rintangan dapat dilalui dengan mudah. Sebelum
bertempur dengan soal-soal, bertempurlah dengan diri sendiri. Sampai anda dapat
menguasai diri sendiri. Jangan kecewa secara berlarut, karena hal itu yang
membuat anda menjadi pecundang sejati. Persiapkan mental, dan katakana pada
hati bahwa Allah memiliki rencana yang jauh lebih baik dari rencana anda.
Setelah berikhtiar semaksimal mungkin, tugas anda tinggal pasrah. Biarkan Allah
yang melanjutkan setelahnya.
Dan yang terakhir, perbekalan. Kamu tahu
kenapa sila kedua berbunyi “Kemanusiaan
yang adil dan beradab” ? Mengapa tidak ada kata “Ilmu” dalam pancasila jika
hal itu memang hal pokok nomor wahid ?
Karena seorang yang berilmu, belum tentu dapat menjaga adabnya. Tak sedikit
orang berilmu meresa sombong karena banyaknya ilmu yang mereka miliki, hingga
akhirnya ia menjadi orang yang salah kaprah. Na’udzubillahi mindzalik. Sebaliknya dengan orang yang beradab. Ia
dapat menguasai dirinya sendiri, karena sekalipun ia orang pedalaman yang tak
berwawasan luas, bila ia beradab maka ia tahu ilmu dari adab tersebut. Meskipun
ia tidak tahu dalil dari keharusan menjaga adab, minimal dia tahu bahwa menjaga
adab teramat penting.
Bila diibaratkan membangun sebuah
bangunan, pondasi adab inilah hal yang utama. Dinasti Umayyah yang didirikan
Muawiyah bin Abi Sofyan semula Berjaya karena rakyatnya sederhana. Namun karena
semakin lama khalifah yang memimpin menyukai kesenangan dunia dan
menyelewengkan uang Negara, runtuh sudah peradaban ini.
Ilmu tentang adab tidak diajarkan dalam
perhitungan rumus fisika yang demikian beragamnya. Tidak pula dijabarkan dalam
triginimetri matematika. Naun ditanamkan dalam bersikap, dan nasehat-nasehat,
tentunya dibawah pengawasan yang semestinya.
Dalam pondok pesantren, hal yang pertama
kali ditanamkan adalah masalah adab. Dalam pelajaran Nushush adabiyah tingkat awal, nasehat yang akan diberikan antara
lain : “Barangsiapa yang berjalan pada
jalannya, sampailah ia.”, “Barangsiapa
yang bersungguh-sungguh, dapatlah ia.”, “Barangsiapa bersabar, beruntunglah ia.”, “Barangsiapa yang sedikit benarnya/jujurnya, sedikit pulalah temannya.”,
“Pergaulilah orang yang jujur dan
menepati janji.”
Bila adab telah ditanamkan, maka ilmu yang
akan disampaikan akan lebih mudah. Tentunya dengan usaha yang maksimal, dan
jangan lupa, “Takzim kepada seorang guru
jauh lebih penting dibanding ilmu yang kau dapat darinya.” Sangat tidak
pantas seorang guru mengemis untuk minta dihormati, dan lebih tidak pantas
seorang pelajar yang telah menerima ilmu tidak menghormati pengajarnya.
Setelah perihal adab ditanamkan, sekarang
saatnya menuju hal yang kita perjuangkan. Anda ingin menjadi seorang mubaligh ? Seorang sastrawan arab maupun
inggris ? Ingin menjadi ahlul lughoh ?
Ingin hafal Al-Qur’an ? Ingin menjadi dokter, farmasis atau tenaga kesehatan
lainnya ? Ingin menjadi seorang guru ? Atau ingin menjadi dokter yang hafal
Qur’an ? Apapun yang kamu idamkan, bila diperjuangkan semaksimal mungkin in shaa allah akan terbuka jalan. Bila
tidak, kembali lagi ingat bahwa Allah sebaik-baiknya pembuat rencana.
Di Indonesia banyak jenis pondok
pesantren. Bila anda ingin hafal Qur’an, anda dapat masuk pondok pesantren Tahfidzul Qur’an. Bila ingin menjadi Ahlul lughogh, anda dapat masuk pondok
pesantren yang mengedepankan bahasa internasional. Namun jangan harap anda
diperbolehkan menggunkan bahasa Indonesia sehari-hari. Hehe. Setap hari full
berbahasa arab dan inggris. Tergantung jadwalnya.
Bila anda bercita-cita menjadi seorang
dokter, arsitek, farmasis, polisi, dan sebagainya, anda dapat memilih pondok
pesantren yang menganut dua kurikulum. Ya ! Dalam keseharian, anda akan
menerima pelajaran layaknya sekolah umum lainnya. Yang menjadikan pondok ini
istimewa, anda juga akan mendapatkan pelajaran pondok seperti Nahwu, Shorof, Jurumiyah, Imrithi, Tafsir
Jalalain, Ilmu Faroidh, Fiqih, Ushul fiqh, Tarbiyah, dsb. Dengan menganut
dua kurikulum, ketika lulus anda akan mendapat dua ijazah. Masalah bahasa
sehari-hari, kembali lagi ke pesantren yang anda pilih. Kalau saya, memilih
meneruskan pendidikan di pesantren yang barusan saya jelaskan, namun berpadu
dengan kewajiban berbahasa Internasional sehari-hari. Alhasil setelah lulus,
saya memilih kuliah jurusan farmasi. Bukan tanpa rencana, semua ini telah saya
rencanakan dan Alhamdulillah Allah
mengizinkan.
Pesantren apapun yang anda pilih, ingin
jadi apa anda nantinya, dan hal sebagainya. Semua berinti pada satu hal. Penanaman
adab sedini mungkin. Bila diibaratkan sebuah batu, pondok pesantren buaknlah
batu biasa. Sebenarnya ia adalah batu mulia layaknya permata. Perlu semangat
luar biasa dalam memperjuangkannya. Sama seperti anda yang memiliki mimpi,
bangunlah mimpi anda sedemikian rupa. Namun hal adab adalah pondasi utama.
Komentar
Posting Komentar